Pages

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 31 Juli 2015

TEKNIK TEKSTIL

Hallo pembaca, sebelumnya ada yang sudah tau mengenai Teknik Tekstil?  Mmm pasti mendengar kata tekstil yang muncul dipikiran teman-teman tentang fashion/pakain. Ia memang benar, namun perlu di ketahui bahwa yang dipelajari di jurusan Teknik Tekstil tidak hanya mengenai pakain, namun disini intinya lebih mempelajari ke struktur mekanik, , pengolahan bahan baku, biaya produksi dan lain-lain. dulu saya juga belum tahu mengenai jurusan yang saya ambil sekarang, bahkan saya baru mengenal tentang jurusan sendiri pun di Semester III. Jujur saya sendiri dulu mengambil jurusan Teknik Teksil itu hanya coba-coba, karena pada awalnya saya hanya tertarik dengan jurusan yang jarang-jarang belum diketahui orang. Namun setelah masuk, dan menjalani ternyata sangat menyenangkan sekali.
Yooo langsung saja yaa, jadi ngapain aja sih kuliah di jurusan teknik tekstil?
Begini teman-teman, yang dipelajari di kampus saya Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil itu tentang
  1. pemintalan: output yang dihasilkannya berupa benang, disitu mempelajari pembuatan benang dimulai dari bahan bakunya berupa serat hingga menjadi benang.
  2. Pertenunan: outputnya berupa kain, benang yang dihasilkan oleh proses pemintalan tadi di proses hingga menjadi sebuah kain
  3. Perajutan: outputnya kain rajut, yang dipelajari disini pembuatan kain rajut, kaos kaki dan sebagainya.

Jadi lulusan Teknik Tekstil itu nantinyan akan mampu menyusun dan melaksanakan perencanaan produksi, memberikan petunjuk cara kerja dalam proses produksi dan cara penyetelan mesin-mesin produksi, mampu melaksanakan pengendalian proses dan mutu, ia mampu mengevaluasi hasil produksi, mampu memelihara peralatan produksi dan serta mengelola suatu unit produksi.

Jadi seperti itu inti-intinya, apabila pengen lebih jelasanya masuk saja Jurusan Teknik Tekstil di Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil jl. Jakarta No. 31 Bandung ;)





SEKILAS TENTANG TAHU SUMEDANG (BUN KENG)

Haii pembaca, ada yang tahu makanan khas dari Sumedang? Yaa betul sekali, sudah tak asing lagi bagi mereka yang senang berkuliner tentunya. Tahu Sumedang sudah terkenal dimana-mana, bahkan setiap mendengar kata Sumedang sudah pasti yang pertama kali muncul dipikiran itu makanan khasnya yaitu Tahu Bungkeng salah satunya. Namun tahukah kita asal usul Tahu Sumedang? Yuk kita simak sedikit mengenal sejarahnya tahu yang lezat ini.
Jadi begini, dari data historis terungkap pengrajin tahu pada awalnya dirintis sejak abad ke 20-an. Konon ini berkaitan dengan “Perjalanan” orang yang bernama Ong Kino, sebagai imigran China ke Sumedang tahun 1900.
Menurut Ong Yoe Kim (71), tokoh tahu Sumedang. Kata “Tahu” itu berasal dari China yakni “Tao Hu” yang maknanya (Tao=Kacang, Hu=Lumat) atau sebagian orang cina menyebut “Tahu” sebagai daging tak bertulang.
Adapun Ong Kino adalah ayah kandung Ong Bun Keng, lelaki asal negeri China itu terinspirasi membuat tahu berbahan baku kedelai, karena kecintaan istrinya terhadap tahu. Sebagai “cikal bakal” tahu Sumedang, maka Ong Kino membuat tahunya dengan bahan baku kedelai lurik mirip telor puyuh. Kedelai itu merupakan jenis kedelai langka untuk ukuran sekarang. Awalnya tahu yang dibuat itu berukuran besar dan tebal. Lalu disiasatilah oleh Ong Kino dengan cara membagi tahu itu menjadi empat bagian supaya ukurannya tak terlalu besar. Selanjutnya Ong Kino memberi garam ke potongan tahu yang sudah berbentuk persegi itu.
Senada yang dikemukakan Ong Ce Ciang yang lebih suka dipanggil Suryadi (42),cucu dari Ong Bunkeng. “Tadinya mencoba mengolah Tahu itu untuk konsumsi keluarga sehari-hari, tapi karena banyak teman-teman kakeknya yang datang kerumah dan sering mencicipi tahu buatannya, maka di buatlah yang banyak sambil terpikir kenapa tidak di jual sajah ke masyarakat yang luas.
Pada sekitar tahun 1900, tahu cina ukuran kecil yang dirintis oleh Ong kino mulai di pasarkan oleh anaknya Ong Bun keng. Tahu buatan tahun 1917 itu merupakan cikal bakal harumnya nama tahu Sumedang. Usaha tahunya semakin maju sejak di kelola Ong Bun Keng di jalan 11 april 53 Tegalkalong, yang lebih dikenal dengan sebutan “Tahu Bun keng”.
Ketika dalam Sumedang pangeran Soeriatmadja atau dalam mekah yang akan prgi ke daerah Situraja mampir mencicipi Tahu buatan Ong Bun Keng, ternyata lezat dan gurih itu diapun berkata”Geuning ngeunah ieu kadaharan teh, moal burung payu geura (lezat dan enak makanan inih, pasti akan laku)”.
Ucapan pangeran itu mendongkar semangatnya untuk mengembangkan usaha yang lebih propesional, dan ternyata yang tahu bun keng yang awalnya hanya dikerjakan oleh keluarga, kini bisa menyerap tenaga kerja warga sekitar yang jumlahnya mencapai 30 orang.
Dan sejak tahun 1950, nama Bun keng Tahu makin berkembang dan kian banyak menyukainya sehingga kini sudah buka cabang di jln.M.Abdurahman No.50 dan 155 serta di jln. Prabu Gajah Agung ujar suryadi(Ong ce Ciang). Cucu ong bun keng keturnan ke-empat itulah yangsekarang di percaya untuk mengelola tahu bun keng. Meskipun cukup sukses mengolah usaha tahunya, suryadi berharap bisa bermitra dengan pengusaha tahu lainnya.
Jadi begitu teman-teman sebenernya kita sudah tak asing dengan tahu bungkeng bahkan setiap pengunjung yang melewati Sumedang pasti mampir ke tahu bungkeng sebagai buah tangan. Tahu Bun Keng ya karena berhubung kebanyakan orang Sunda jadi disebutnya tahu Bungkeng, termasuk saya :D
Yang belum mencoba tahu Sumedang datang saja ke Sumedang dijamin ketagihan dehh. Yooo ditunggu di Sumedang J


Sumber : Redaksi sumedangkab.go.id


Kamis, 30 Juli 2015

PENGENALAN MESIN ROVING (PEMINTALAN)



Hasil dari mesin Drawing berupa sliver yang lebih rata dan letak serat–seratnya sudah sejajar satu sama lain. Walaupun dari bentuk sliver dapat juga berlangsung dibuat menjadi benang, namun untuk memperoleh hasil benang yang baik, maka sliver tersebut perlu diperkecil tahap demi tahap dengan menggunakan mesin Flyer. Akibat pengecilan, sliver tersebut akan menjadi lemah dan untuk memperkuatnya perlu diberikan sedikit twist (antihan) sebelum digulung pada bobin.
Menurut sistem konvensional, makin tinggi nomor benang yang akan dibuat, maka makin banyak proses flyer yang akan diperlukan. Pada proses yang pertama di mesin flyer yang biasanya disebut mesin slubbing, sliver hasil mesin drawing passage terakhir ditempatkan satu persatu di bagian belakang mesin slubbing untuk setiap spindlenya, dan satu persatu ujung slivernya dimasukan ke rol peregang yang biasanya menggunakan 3 – 4 pasang rol peregang.
Setelah mengalami regangan, kemudian keluar dari rol depan terus dimasukan dibagian atas dari flyer terus ke lengan flyer lalu dibelitkan pada pengantar roving, kemudian digulung pada bobin. Hasil dari proses ini disebut Roving.
Karena perputaran flyer, maka terjadi twist pada roving, dan karena perbedaan kecepatan putaran spindle dengan bobin, maka terjadi penggulungan roving pada bobin. Mesin ini menggerakan bobin demikian rupa sehingga pada waktu lapisan gulungan roving sampai diatas, maka untuk lapisan gulungan yang berikutnya diturunkan sebesar kurang lebih satu diameter roving, dan pada waktu lapisan gulungan yang berikutnya dinaikan sebesar kurang lebih satu diameter roving.
Pada sistem pemintalan yang baru, untuk pembuatan benang yang halus tidak lagi menggunakan tiga atau empat mesin flyer seperti pada sistem konvensional, tetapi pada umumnya sekarang cukup menggunakan satu mesin flyer yang biasa disebut Mesin Simplex (speed frame).
Sliver dari hasil mesin Drawing dapat langsung dibuat menjadi benang, namun untuk memperoleh hasil yang berguna baik, maka sliver tersebut perlu diperkecil tahap demi tahap dengan menggunakan mesin Roving. Fungsi utama dari Mesin Roving adalah memperkecil sliver hasil mesin Drawing menjadi sliver Roving yang kecil dimana telah diberi peregangan dan antihan.
Mesin Roving terdiri dari tiga bagian utama gerakan yaitu :
1.    Peregangan (Drafting)
Proses peregangan ini terjadi pada tiga pasang rol peregang (Draft Roller) dimana kecepatan permukaan dari rol depan (front roll) lebih besar dari rol tengah (middle roll) dan kecepatan permukaan dari rol tengah lebih besar dari rol belakang (back roll). Akibat dari peregangan ini maka serat  menjadi lebih tegang tetapi kekuatannya masih kurang.
2.    Antihan (Twisting)
Setelah serat mengalami peregangan dan keluar dari rol depan (front roll) maka serat digulung dengan bantuan manusia (operator) dan dimasukan ke axial pada bagian atas flyer, dan keluar secara radial melalui lobang yang terus membelit dengan flyer. Karena putaran flyer yang cepat maka antihan sudah terlihat pada waktu serat mulai masuk axial.
3.    Penggulungan (Winding)
Serat yang telah berupa sliver roving dimana telah diregangkan dan diberi antihan, maka sliver roving akan digulung melalui lengan flyer pada bobbin akibat kecepatan putaran bobbin lebih cepat dari kecepatan putaran flyer.
Proses jalannya serat bermula dari Sliver hasil mesin Drawing yang berada dalam can yang diletakkan  pada bagian belakang mesin, kemudian sliver tersebut melalui pengantar dan masuk pada condensor/terompet supaya gerak sliver tidak bergeser ke kiri dan ke kanan. Kemudian masuk ke bagian peregangan yang terdiri dari 3 pasang rol peregang, setelah keluar dari rol depan bagian peregangan, maka masuk ke bagian atas flyer  dan keluar pada bagian lengan flyer yang akhirnya digulung pada bobbin.


DAFTAR PUSTAKA
Pawitro,dkk. 1973. Teknologi Pemintalan Bagian Pertama. Institut Teknologi Tekstil.
 Salura, Teori Draft dan Ketidakrataan Benang, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1972






PENGGINTIRAN TURUN (UP TWISTING)

Penggintiran Turun (Up Twistting)
Penggintiran benang adalah proses merangkap beberapa helai benang, kemudian diberi puntiran (twist) yang tertentu untuk setiap panjang tertentu. Hasil dari proses ini disebut benang gintir (plied yarn). Ada dua cara proses perangkapan benang..
Tujuan dari proses penggintiran benang adalah sebagai berikut :
1.  Membuat benang yang diameternya lebih besar.
2.  Membuat benang yang kekuatannya lebih tinggi.
3.  Memperbaiki kualitas/kerataan benang.
4.  Membuat benang yang mempunyai sifat-sifat tertentu.
5.  Membuat benang hias.
Dalam satuan panjang dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1.      Twist Persentimeter (TPC)
Satuan ini biasa digunakan untuk jenis benang kapas.
2.      Twisr Perinchi (TPI)
Satuan ini banyak digunakan dalam dunia tekstil karena menganut sistim internasional, juga digunakan untuk benang kapas (Ne1)
3.      Twist Permeter (TPM)
Satuan ini biasa digunakan untuk benang dengan nomo Td, untuk benang filamen.
Adapun arah penggintiran benang ada 2, arah S dan arah Z. berikut gambar arah antihan pada benang gintir :
Berdasarkan jalannya proses benang, mesin gintir dapat digolongkan :
a.   Penggintiran Turun (Down Twister)
b.   Penggintiran Naik (Up Twister)
c.   Penggintiran Basah (Wet Twister)
d.  Penggintiran Hias (Fancy Twister)
Dalam praktek ini dibahas penggintiran turun, berikut ulasan tentang penggintiran turun.
Penggintiran Turun (Down Twister)
            Penggintiran turun termasuk pada proses penggintiran langsung, karena bahan baku berasal dari benang single (yang telah dikelos) dan dilakukan proses perangkapan serta penggintiran pada mesin ini secara langsung. Termasuk juga pada proses penggulungan aktif karena produk yang dihasilkan (benang gintir) langsung digulung pada spindel yang aktif berputar. Disebut penggintiran turun adalah karena alur proses berasal dari bahan baku (benang single) yang berada di atas rak (atas mesin) diubah menjadi benang gintir yang berada di bawah mesin. Untuk merubah arah twist yaitu dengan merubah arah belt yang melilit pada tin roll (arah dari pita spindle).
Produksi mesin gintir sama dengan panjang benang yang dapat disuapkan oleh delivery roll, dengan kata lain panjang benang ini sama dengan kecepatan keliling (k.k.) daripada delivery roll. Seperti kita ketahui benang yang sudah melalui delivery roll diberi twist karena putaran traveller, karena itu sesudah benang digulung pada bobin akan mengalami pemendekan karena adanya twist. Keadaan ini disebut twist contaction, sehingga hasil produksi nyata tidak sama (lebih kecil) daripada k.k. delivery roll-nya. Besar twist contraction tergantung dari nomer benang dan banyaknya twist yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Pertenunan, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Soeparli, Liek. et.al., 1974. Teknologi Persiapan Pertenunan. Institut Teknologi Tekstil : Bandung.

KAIN HANDUK (DESAIN TEKSTIL)

Kain handuk pada umumnya berbulu pada kedua belah muka. Kain handuk memiliki 2 jenis lusi yaitu lusi dasar dan lusi bulu, sehingga pada proses pertenunan dibutuhkan 2 lalatan untuk lusi dasar dan lusi bulu yang berbeda tegangannya.
Bahan yang digunakan biasanya katun, ada kalanya benang linen dengan twist rendah sekali supaya dapat menyerap air. Benang lusi bulu biasanya Ne1 12 atau Ne124/2 yang memiliki twist yang rendah. Untuk serat tersebut dibutuhkan serat kapas yang panjang- panjang. Bulu- bulu atau jeratan pada kain tersebut terjadi ketika ditenun, yaitu dengan pengetekan benang pakan berkelompok.
Proses terjadinya bulu handuk ini terjadi apabila :
1.    Tegangan benang lusi dibuat lebih kendor dari tegangan lusi dasar, yaitu dapat dengan cara penguluran lusi dasar dengan sistim pengereman pasip sedang untuk penguluran lusi bulu dengan sistim aktif.
2.    Menggunakan pengetekan sistim handuk dimana pada 3 pakan berlaku : Pengetekan tidak senpurna – tidak sempurna – sempurna.
3.    Pengetekan dapat dilakukan dengan sistim sisir lepas atau sisir tetap.
Pembentukan bulu menggunakan gerakan sisir tenun dan alat pengulur lusi yang memungkinkan jeratan-jeratan benang terbentuk, jeratan-jeratan bisa terbentuk pada sebelah muka kain atau pada kedua muka kain.

Pada proses pertenunan kain handuk bulu, dipergunakan dua buah boom lusi dengan penempatan satu boom dibawah, yang dipergunakan untuk lusi dasar dan satu boom lagi  di atasnya untuk pembentukan lusi bulu, seperti tampak pada gambar dibawah ini
Struktur kain handuk bulu termasuk ke dalam kelas kain bulu lusi. Sebagian benang-benang lusi membentuk jeratan yang menonjol di permukaan kain. Struktur kain tersusun atas 2 macam benang lusi dan 1 pakan. Salah satu benang lusi merupakan benang lusi dasar sedangkan satunya lagi sebagai lusi bulu. Beam tenun kedua benang lusi tersebut dipisahkan, hal ini disebabkan adanya perbedaan tegangan. Faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian sebelum melakukan proses pertenunan adalah melakukan penyetelan terhadap mekanisme pengetekan pakan dan penguluran benang lusi, penempatan beam lusi dan lusi bulu.
Pada kain handuk bulu sebagian benang-benang lusi tertentu membentuk jeratan (loop) atau lengkungan yang menonjol di pemukaan kain. Struktur ini tersusun oleh satu macam pakan dan dua macam benang lusi yang lalatanya tenunnya terpisah. Satu macam lusi bersama pakan membentuk kain dasar, sedang satu macam lusi lainya membentuk bulu-bulu loop tersebut.
Pembuatan handuk bulu dapat dikerjakan dengan menggunakan mesin tenun yang dilengkapi dengan peralatan dobby.

Mekanisme Mesin Handuk
Mesin handuk terdiri dari 2 beam lusi karena tegangan kedua jenis lusi berbeda agar terbentuk bulu. Pertama beam atas untuk lusi bulu dan beam bawah untuk lusi dasar gun Mesin ini terdiri dari 4 gun yaitu 2 gun pertama untuk lusi dasar dan 2 gun terakhir untuk lusi bulu. Pengetekan terjadi 3 kali yaitu 2 kali pengetekan tidak sempurna dan satu kali pengetekan sempurna.
Pengetekan tidak sempurna terjadi ketika sepatu berada di atas konsol dan kaki lade berada dibawah penumbuk kaki lade. Penumbuk kaku lade ini dihubungkan dengan per yang terpasang pada gun ke satu. Pengetekan tidak sempurna mengakibatkan sisir lepas dan itu terjadi karena kaki lade tertumbuk oleh penumbuk kaki lade. Pengetekan sempurna terjadi ketika sepatu di atas konsol dan kaki lade di bawah penumbuk kai lade. kaki lade berada di atas penumbuk lade karena gun ke satu turun sehingga per tidak tertarik oleh gun dan kembali ke bentuk semula. Pengetekan sempurna mengakibatkan sisir kembali ke posisi awal dan hal itu terjadi karena kaki lade tidak tertumbuk oleh penumbuk kaki lade. Mekanisme pergerakan mesin dimulai dari poros pukulan menggerakan stang tegak menuju stang T lalu diteruskan ke pisau pada dobby, akibatnya gun- gun yang terbaca oleh paku akan dinaikkan oleh jack lever..
Pada pembuatan handuk bulu, mesin tenun dilengkapi dengan boom lusi bulu, dan pengetekan juga menggunakan 2 sistem, yaitu :
a.      Pengetekan tidak sempurna, yang dilakukan sesuai dengan anyaman yang dibuat.
b.      Pengetekan sempurna, hanya dilakukan satu kali dalam tiap merapatkan lusi bulu.
Susunan lusi juga dibagi 2 jenis, yaitu :
a.       Susunan lusi dasar, contoh : 1a1, 2a1, 1a2.
b.      Susunan lusi bulu, contoh : 1a1, 2a2.

Pengaturan tinggi bulu.
1.      Pada sisir lepas pengaturan tinggi bulu dengan mengatur penekanan, jika lebih dalam maka bulunya lebih tinggi. Jika lebih keluar maka bulunya lebih pendek.
2.      Pada sisir lepas pengaturan tinggi bulu dilakukan dengan mengatur pengaturan jarak plat penahan yang akan menahan batang berayun. Jadi penagturan tinggi bulu tergantung dari langkah batang berayun pada lade yaitu jaraknya.
Seperti telah dijelaskan dimuka, bahwa mesin pembuat handuk dilengkapi dengan dua buah boom lusi. Selain itu mesin pembuat handuk juga dilengkapi dengan sepatu bulu handuk. Gambar peralatan pembentuk bulu handuk dengan sistem sisir lepas  dapat dilihat pada gambar dibawah :
gambar mesin peralatan pembentuk bulu handuk

Jika lade berayun ke depan, alat penyentuh e akan menyentuh sepatu bulu. Sepatu bulu ini dapat bergerak naik turun yang diatur oleh sebuah eksentrik. Apabila b naik, rol penyentuh a akan berjalan dibawah b sehingga h akan tertarik ke bawah, tangan-tangan f dan tutup sisir belakang berputar I berputar menurut arah jarum jam, kemudian sisir tertekan oleh palu c yang menumbuk sepatu d, maka terjadi pengetekan sempurna. Sebaliknya bila sepatu bulu b diturunkan, penyentuh rol a berjalan diatas sepatu b, stang penggerak h terdorong ke atas memutar tangan-tangan f dan tutup sisir belakang I kearah yang berlawanan arah jarum jam, kemudian sisir menjadi longgar sehingga terjadi pengetekan tidak sempurna.
Dalam pengetekan benang pakan, lusi dasar tetap dalam keadaan tegang sebagaimana biasa sehingga benang pakan tersebut mudah menggeser dalam lusi, tetapi lusi bulu keadaanya kendur dan hampir sama sekali tidak direm. Masing-masing kelompok benang pakan tersebut sudah menjadi anyaman dengan benang-benang lusi, sehingga pada waktu pakan diketek pada kain (pengetekan sempurna) lusi bulu mudah terbawa atau tertarik olehnya dari boom lsui bulu yang tidak direm. Masing-masing benang pakan seolah-olah merupakan jepitan lusi bulu. Jepitan tersebut pada waktu diketek sempurna menggeser kepada kain, sehingga terjadilah bulu-bulu dari benang lusi bulu, Panjang benang lusi dasar dan lusi bulu yang dipakai untuk setiap satu meter kain handuk kira-kia 4 meter lusi bulu dan 1,1 meter lusi dasar. 
contoh kain handuk








KAIN RANGKAP (DESAIN TEKSTIL)

Kain rangkap yang disebut juga kain berlapis atau tenunan  rangkap, adalah kain yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang ditenun bersama-sama. Jenis kain rangkap yang sederhana tersusu dari dua seri benang lusi dan dua seri benang pakan. Satu  seri benang lusi dan satu seri benanng pakan membentuk kain sebelah muka atau atas, sedang satu seri benang lusi dan pakan lainnya membentuk sebelah belakang atau bawah. Dengan perkataan lain, untuk membentuk kain atas diperlukan benang-benang lusi dan pakan atas, sedang untuk membenntuk kain bawah diperlukan benang-benang lusi dan pakan bawah.stuktur dari kain rangkapa adalah pembentukan muka kain pada tempat-tempat tertentu , karena ada pertukanran pda tempat-tempat tertentu, lusi dan pakan atas menjadi lusi dan pakan bawah.
Jenis kain rangkap yang sederhana tersusun dari dua seri benang lusi dan dua seri benang pakan. Satu seri benang lusi dan satu seri benang pakan membentuk kain sebelah muka, sedang satu seri benang lusi dan pakan lainnya membentuk sebelah belakang.
Untuk mempermudah penggambaran anyaman rangkap maka terdapat ketentuan-ketentuan:
Lusi atas selalu di atas pakan bawah dan lusi bawah selalu dibawah pakan atas. Atau
Pakan atas selalu di atas lusi bawah, dan pakan bawah selalu dibawah lusi atas.
Ketentuan ini perlu untuk mempermudah dalam menggambarkan anyaman rangkap.
Tergantung dari penggunaannya, maka struktur kain rangkap dapat bermacam-macam. Konstruksi kain yang meliputi anyaman, tetal benang, nomer benang, dan macam bahannya, dari kain atas bisa sama dan bisa juga berbeda dengan kain bawah.
Susunan lusi atas dan bawah juga susunan pakan atas dan bawah dapat bervariasi. Dengan cara memvariasikan susunan pakan atas dan bawah maka kedua kain atas dan bawah dapat bersambung pada kedua pinggirnya, sehingga akan menghasilkan bentuk pipa, atau hanya bersambung pada salah satu pinggirnya saja seperti bentuk kain dilipat.
Selanjutnya kedua macam kain yaitu kain atas dan bawah dapat diadakan ikatan, sehingga ditinjau dari segi diikat atau tidaknya, terdapat dua macam kain rangkap, yaitu kain rangkap yang tidak terikat dan yang terikat. Terjadinya ikatan itu sederhana dapat dilakukan secara sederhana misalnya bila suatu helai lusi atas pada tempat tertentu diturunkan, sehingga teranyam dibawah pakan bawah.
Untuk pemakainan tertentu dapat juga suatu kain rangkap diberi lusi atau pakan pengisi yaitu benang-benang lusi atau pakan yang diisikan diantara kain atas dan bawah tanpa teranyam. Ketentuannya ;
Lusi pengisi selalu dibawah benang pakan atas dan diatas benang pakan bawah.
Pakan pengisi selalu dibawah benang lusi atas dan diatasnya benang lusi bawah.
Struktur yang lain dari kain rangkap ialah pertukaran muka kain pada tempat-tempat tertentu, yaitu karena adanya pertukaran pada tempat tersebut, lusi dan pakan atas menjadi lusi dan pakan bawah, dan sebaliknya lusi dan pakan bawah menjadi lusi dan pakan atas.
Apabila konstruksi atau warna kain atas berbeda maka dengan cara merubah muka kain dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas pada tempat tertentu akan didapat muka kain yang mempunyai corak menurut konstruksi atau warna kain atas dan bawah itu.

Jenis-jenis kain rangkap :
  • Kain rangkap dengan ikatan Sendiri
  •  Lusi atas mengikat pakan bawah.
  • Pakan atas mengikat lusi bawah
  • Lusi atas dan pakan atas mengikat pakan bawah & lusi bawah secara bergantian.
  • Kain rangkap dengan benang pengisi (5 jenis benang)
  • Kain rangkap dengan benang pengisi pasir (Benang pengisi hanya berfungsi sebagai penenbal kain 
  • Kain rangkap dengan benang pengisi aktif. Benang pengisi berfungsi sebagai pengikat.
  • Kain rangkap dengan ikatan sebagian berpindah tempat bergantian.
  • Kain rangkap dengan ikatan kain atas berpindah ke bawah  dan  kain bawah berpindah Ke atas bergantian.
  • Kain rangkap yang membentuk terowongan.
  • Kain rangkap dengan ikatan satu sisi (kain 2x lebar)
  • Kain rangkap dengan ikatan dua sisi (kain silinder)
Kain rangkap diuraikan dalam hal-hal berikut:
  • Susunan benang atas dan bawah
  • Pemilihan anyaman atas dan bwah
  • Penyatuan dan pengikatan  kain angkap
  • Cara menggambar kain rangkap
  • Kontruksi dengan kain rangkappada mesin tenundengan bak teropong satu sisi
  • Sistimasi menggambar dengan rangkap pakai ikatan
  • Pertukaran susunan benang
  • Kain rangkap dengan benang pengisi




Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites